Selama beberapa tahun terakhir, istilah Gig Economy kian berkembang di Indonesia. Pertumbuhan dari para Gig Workers atau sering juga disebut sebagai Freelance Economy tidak terlepas dari digitalisasi dan automisasi yang terjadi di era industri 4.0. Istilah Gig Economy sendiri mengacu pada lingkungan pekerjaan di mana keterlibatan jangka pendek, kontrak sementara, dan kontrak independen antara tenaga kerja dan perusahaan adalah hal yang biasa di terapkan.
Perusahaan yang menerapkan Gig Economy dan memperkerjakan Gig Workers mulai menjadi menjadi isu utama dalam pembahasan di sektor publik dan swasta. David Soong selaku CEO & Founder SweetEscape baru-baru ini menghadiri konferensi global Visual 1st di San Fransisco yang berfokus pada inovasi dan kemitraan dalam ekosistem fotografi. Pada diskusi panel tersebut, David dan beberapa pionir industri fotografi dunia membahas lebih dalam bagaimana penggerak Gig Economy dapat memanfaatkan peluang secara keseluruhan dalam ekosistem industri fotografi.
Alur pekerjaan dari fotografer memiliki proses end-to-end, dimana sesi foto terjadi di tengah. Namun sebelum terjadi sesi foto, fotografer membutuhkan portofolio, membuat brand, mencari klien, menangani proses pemesanan, pembayaran hingga sesi foto dapat dilaksanakan. Usai sesi foto, masih ada proses pengeditan dan pengiriman foto kepada klien. Untuk itu, pekerjaan seorang fotografer tidak hanya mengambil gambar namun banyak komponen dan proses yang harus dijalankan sebelum dan sesudah sesi foto berlangsung.
“Fotografer profesional yang menjadikan fotografi sebagai pekerjaan dan sumber penghasilan persentasenya sangat kecil. Di Indonesia, hanya 2,3% pemilik kamera profesional yang menekuni fotografi untuk komersil atau bisa di katakan bahwa mereka di bayar untuk mengambil foto sebagai fotografer” Ungkap David saat membuka sesi panel mengenai supply fotografer di Indonesia.
Dari sekian banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh fotografer, SweetEscape sebagai platform fotografi on-demand menawarkan solusi untuk para fotografer agar mereka dapat menikmati hal yang paling mereka gemari, yaitu mengambil foto.
“Pada dasarnya, Gig Economy memberikan kesempatan kepada tenaga kerja untuk memiliki pekerjaan atau kerja lepas. Banyak orang yang punya full-time job tapi mereka cinta fotografi, karena itu adalah passion mereka. Dan jumlah orang yang seperti itu banyak sekali. Melalui platform SweetEscape, kami melihat potensi dalam memanfaatkan pasokan fotografer profesional ini untuk memudahkan mereka dalam menekuni passion mereka sembari mendapat hasil dari karya mereka.” Jelas David.
David turut mengungkapkan bahwa ketika SweetEscape meningkatkan demand, dari sisi supply fotografer akan mendapat pekerjaan lebih banyak. “Saat kami membawa bisnis baru ke dunia fotografi, hal ini sangat mendukung ekosistem. Fotografer akan memiliki kemampuan untuk membeli lensa kamera, mereka bisa mendapatkan pengalaman yang lebih banyak, punya jam terbang jadi lebih banyak, lalu ada juga komunitas fotografer untuk bisa belajar dan berbagi sesama fotografer”.
Dari sisi konsumen juga bisa memiliki lebih banyak konten visual yang indah, yang membuat mereka dapat mengembangkan produk, kedepannya dapat membuat buku dan lain sebagainya. Tidak hanya kuat di media digital dan sosial, tetapi SweetEscape juga akan masuk ke dalam ekosistem industri fotografi secara keseluruhan.
David juga menceritakan pengalamannya saat berkunjung ke US, dia menyaksikan bahwa terdapat banyak mobil yang hanya dikendarai oleh 1 orang pengendara di jalan tol. Di sisi sebelah kiri terdapat carpool line kepada yang ingin menumpang bisa ikut pengendara yang menawarkan. Hal tersebut adalah salah satu contoh fenomena oversupply dari pengendara mobil yang menyetir sendiri. Sebenarnya hal tersebut bisa dikendalikan dengan cara carpooling dan sharing economy. Hal seperti ini persis terjadi di dunia fotografi, terlalu banyak orang yang gemar dan jago mengambil foto namun belum bisa memasarkan keahliannya.
SweetEscape menyediakan platform untuk mempertemukan supply (fotografer) yang telah di kurasi dengan demand (konsumen) seluruh dunia. Dengan begitu, seluruh ekosistem dalam industri fotografi tumbuh seiring dengan meningkatnya permintaan baru akan konten visual yang berkualitas serta fotografer yang dapat diandalkan melalui Gig Economy.