Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum dideritakan oleh kaum wanita. Keturunan, gaya hidup, pola makan dan kesehatan mental semua dapat mempengaruhi keseluruhan wanita, terutama kesehatan. Oleh karena banyaknya jumlah penderita kanker payudara di negara-negara berkembang seperti Indonesia, muncullah organisasi seperti Yayasan Kanker Payudara Indonesia yang secara khusus mendukung para penderita penyakit kanker payudara. Dengan visi mereka untuk menuju Indonesia bebas kanker payudara stadium lanjut, tujuan organisasi tersebut adalah untuk menurunkan angka kejadian kanker payudara stadium lanjut, meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap kanker dan menemukan kanker payudara dini. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengalaman dan perjalanan seorang cancer survivor, SweetEscape mewawancarai salah satu anggota mereka, Leadya Juniarti, untuk berbagi beberapa pesan dan kesannya sebagai breast cancer survivor.
Jadi, waktu itu pada tahun 2017, aku sebenarnya sudah merasakan benjolan. Cuman, salahnya aku itu, aku denial, didiamkan saja karena takut. Akhirnya aku panas badannya, kemudian ke klinik, hanya belum juga menanyakan masalah benjolan itu.
Tetapi aku fikir, karena mumpung ketemu dokter umum, aku akhirnya tanya ke dokternya "Dok, bisa tolong dilihat ini apa sih?". Akhirnya dia pegang, dan aku dimarahi oleh dokternya saat itu. "Ibu sudah berapa lama seperti ini? Ibu sudah punya BPJS belum? Jangan ditunda-tunda" dan seterusnya.
Maju lagi ke rumah sakit bedah, dan disitu juga ter confirm. "Bu, ini adalah tumor ganas, jadi secepatnya ibu operasi". Karena pada saat itu aku masih bingung, nggak langsung operasi juga. Kemudian aku dikenalkan pada dokter onkologi di RS Fatmawati, dimana dia mengkonfirmasi kalau aku sudah di Stadium B.
Sebulan kemudian aku operasi, dan setelah itu baru menjalani chemotherapy, dan dari situ semuanya harus serba cepat dan ditangani oleh medis agar semakin bisa ditolong. Aku treatment chemotherapy 6 kali, radiasi 26 kali, dan suntik rutin.
Anak. Aku operasi ketika anak aku berusia 7 tahun. Karena aku membesarkan anak aku sendiri, jadi anak aku adalah motivasi aku.
Yang paling besar adalah menghadapi treatment, harus mengurus anak, dan aku juga menghadapi divorce. Jadi, banyak sekali yang aku harus hadapi, dan aku harus kuat disitu.
Waktu awal aku divonis, memang aku tidak se bersemangat ini. Setelah aku melewati itu semua, aku merasa lebih sehat, lebih bahagia, dan jadi lebih enak menjalani hidupnya. Mungkin juga karena aku mendapatkan hikmah dari sini, dimana aku berusaha untuk hidup lebih baik lagi.
Support, keluarga dan kekuatan diri sendiri. Satu, yang paling bisa menguatkan ya diri kita sendiri. Kedua, support internal seperti keluarga dan orang-orang terkasih. Selama menjalani treatment, dengan mereka meluangkan waktu untuk dateng menemani adalah suatu energi besar buat aku.
Kita harus merubah mindset kita, itu adalah yang paling penting, dan juga jangan lupa semangat. Ada yang drop semangat ketika menjalani treatment karena mereka lelah, mual, muntah dan pusing - harus tetap positif kalau mau sehat. Semangat itu benar, dan memang mindset kita harus dirubah. Masih ada yang membutuhkan kita seperti keluarga, anak, suami, orangtua, dan itulah yang menjadi semangat kita.
Menyenangkan, dan ini adalah pengalaman pertama kali aku. Aku juga baru kenal mereka, dan baru diundang untuk bertemu face-to-face. Hanya lihat fotonya saja sudah berasa senang sekali.
Berencana untuk menghadiri atau mengadakan suatu acara penting, dan ingin mengabadikan momen-momen tersebut? Daftar untuk sesi foto bersama SweetEscape untuk mengabadikan momen-momenmu. Dalam waktu kurang dari 2 menit, pengguna dapat memesan fotografer untuk semua kebutuhan di lebih dari 500 kota di seluruh dunia. Seusai sesi foto, Anda dapat mengunduh foto-foto yang telah diproses hanya dalam waktu 48 jam langsung ke ponsel Anda.